Wednesday, September 30, 2020

Akan Aku Perkarakan


Kali ini tentang joki tesis buat Mahasiswa MM STIE Perbanas Zurabaiah. Katanya sih cari konsultan buat tesisnya, tapi praktiknya mah bukan konsultasi. La wong pasrah bongkokan macam gitu. Kalau konsultasi itu, yang gerak tangan mahasiswanya, bukan tukang ketiknya. Kalau konsultasi itu, yang gerak otak mahasiswanya, bukan otak jokinya.

Sebut saja namanya Arianzah Ayyan yang ambil kuliah di STIE terkemuka dan tua di Zurabaiah. Saya sebenarnya salut sama kampus ini, yang menurut saya spesifik gitu dari namanya. Si mahasiswa ini ceritanya selain kuliah juga bekerja di bank konvensional yang BUMN juga. Makanya saat mendengar dia susah diajak bicara dan susah dikasih pengertian, plus susah diajarin dan diajak belajar, saya langsung su'udhon sama RIBA.

Maafkan saya ya RIBA, sudah su'udhon padamu dan tak bsa memaafkanmu.

RIBA yang mengalir dalam setiap tetes darah dan setiap aliran oksigen yang meratai seluruh raga, hingga merasuk ke organ hati dan jantung serta otak. Maafkeun saya ya kak RIBA. Saya mensu'udhonimu.


Nah, balik ke lappopp,

Ini si Arianzah Ayyan sudah kelar tesisnya. Unfortunately, hasil pengujian tak sesuai teori. La si dosen pingin supaya hasil sesuai teori dan logika. HEYYY, this is empirical study ibu dosen yang terhormat. Memang sih, masih banyak dosen di Endonesia ini yang suka maksain kehendak, dan finally kong kalikong supaya mahasiswa manipulasi data. Eniweiiii, ini data si Arianzah Ayyan adalah data sekunder yang asli diperoleh dari laporan keuangan Bank Syariah, laporan GCG, laporan sustainability, dan laporan tahunan.


Dan, dosen selalu benar.

Dan, mahasiswa selalu kehilangan akal sehat saat sudah sedemikian. Tesis pun harus diulang olah datanya.

Jokinya mencari cara supaya mendapatkan hasil terbaik yang sesuai dengan kemauan dosen. Diotak atik, hasil program analisis data tetap saja. La ini data asli. Finally, ditambahkan sampel penelitian. So pasti input lagi dong. Dan dengan sumber data tak hanya dari laporan keuangan, tapi juga dari laporan GCG dan Sustainability, so setiap perusahaan harus mendeliki tiga laporan kan? Nah, butuh waktu kagak? Ya iyalah. Memang mau disulap angkanya. CURANG dong. GAK JUJUR dong. Ini joki tetap bersikukuh pakai data asli. Orang mahasiswanya sudah curang dalam karya, masak iya hasil karyanya juga mau curang. Itu hasil penelitian nantinya dipublikasi dan diacu orang banyak lo.


Dan karena lama nian prosesnya. Ini mahasiswa pun gak sabar. Heyyy, saya sudah bayar Anda 8,5 juta lo. Saya sudah nambah biaya data juga lo. Total saya sudah habis 10 juta lo. Demi Alloh saya gak ikhlas lo. Saya akan perkarakan secara hukum. Saya minta uang saya balik lo.


Nah, lo.
Kakang mas mahasiswa, siapa suruh mencurangi pendidikan dan keilmuan sodara? Orang sudah S2 kok masih percaya pada rayuan pulau para joki.

Ayo ayo lah, dukung negara dan kehidupan yang lebih baik. Jujur dan amanah. Jangan curang pada pendidikan anda. Setiap perbuatan akan balik pada diri sendiri. Mau nyurangin pendidikan, ya akhirnya tercurangi diri sendiri.

Thursday, September 24, 2020

MAHASIWA STRATA 2 JURUSAN HUKUM TERSANDUNG PERJANJIAN

Ini kisah anak S2 Hukum Universitas Negeri Paling Ternama di Kota Zurabaiyah. 

Al kisah, ini mahasiwa sebut saja namanya SISWO KUATI, bukan JARWO KUAT ya. Ini anak mahasiswa S2 Hukum Universitas Negeri Paling Ternama di Kota Zurabaiyah.yang sekalian nyambi kerja di perusahaan pelayaran gede di Surabaya. MERATUS gaesss....

Nah, 
Once upon a time, ini mahasiswa datang ke tempat yang bisa membimbing dan mengkonsultasiin penulisan tugas akhir. Maka setelah bicara basa basi dan aneka alibi mengapa tidak dikerjakan sendiri, finally disepakatilah untuk biaya penyusunan tugas akhir tesis hukum buat dia. &,5 juta gaesss.
Ada surat perjanjian kedua belah pihak yang disepakati bersama-sama. So pasti dengan beragam klausul dong. Sebagai mahasiswa hukum yang sudah S2 so pasti ini si SISWO KUATI paham lah kedudukan dari sebuah surat perjanjian. Meski itu di bawah tangan. Eret-eret-eretttt.... tanda tangan kedua belah pihak pun dibubuhkan. Dan, Tidak berapa lama kemudian DP dibayarkan. 30% dari nilai kontrak.

Judul dia masih bingung. It's Okey. Judul yang diminta adalah terkait sama hukum korporat.
 
After dikasih judul terkait JIWASRAYA, berikut kerangka konseptualnya, si mahasiswa ini bilang kalau kasus yang diangkat terlalu berat. Akhirnya dia bawa judul sendiri dan mengangkat kasus FISRT TRAVEL. So pastilah ini kasus ecek-ecek perlu dipermakin sama problematika hukum yang gak kacangan. Tapi, ini mahasiwa pingin yang mudah-mudah bae. Alasnnya klasik dan klise a la mahasiswa ya. Kerja dan gak punya banyak waktu.

Hmmm... it's okey.
Finally, proposal pun disusunkan. Sebagaimana yang tercantum dalam surat perjanjian, sebelum proposal dikirimkan, maka si SISWO KUATI harusnya membayar termin kedua. Tetapi ternyata di SISWO KUATI tidak mau bayar. Al hasil, proposal dikirim tanpa ada pembayaran. Ini adalah wanprestasi dari pihak admin, pelanggaran secara hukum kan. Harusnya ini si admin mempertanggungjawabkannya kepada atasannya, karena gak amanah.

Dan, setelah proposal diajukan. Itu judul ditolak sama di dosen pembimbing. Sebagaimana dugaan di awal. Itu judul memang rada kacangan sih. Istilahnya ya camilan ringan saja yang mudah digorengnya gitu.


Akhirnya, dengan santuynya dia balik dan minta dibuatkan judul baru. Si pihak yang bantu nulis tesisnya pun membuatkan judul baru dengan kerangka konsep yang lama. Tapi gak pakai kasus JIWASRAYA, tapi pakai kasus PERTAMINA. 
Al hasil ini konsep ada tanda-tanda diterima sama dosen. Selain kasusnya hangat, sudah pula lengkap dengan putusan dari Pengadilan Negeri dan Mahkamah Agung. Itu tuh, terkait kasus dilepaskannya mantan Direktur Pertamina oleh Jaksa Agung setelah kasasi diterima, padahal Hakim sudah memutus bahwa si bunda mantan direktur ini memang bersalah.

Unfortunately, dalam perjalanannya, setelah latar belakang masalah dibuat, perusahaan tempat si SISWO KUATI ini mengalami kemunduran drastis bersamaan dengan pandemi Covid yang merajalela di seantero dunia. Sooo, perusahaan pun ditutup. Dan si SISWO KUATI merasa ditipu dan dirugikan.

Nasib SISWO KUATI pun terkatung-katung. Tidak tahu ke mana mengadu. Dia mengajak Bapaknya yang [katanya] pensiunan TNI untuk mendatangi bekas kantor perusahaan yang bantu dia bikin tesis. Sayangnya, perusahaan memang sudah kosong, melompong.

SISWO KUATI pun mencari tahu orang-orang yang dulu pernah kerja di perusahan tersebut dan mengadu supaya bisa meminta pertanggungjawaban kepada pemilik perusahaan. Setelah mengadu ke sana kemari kepada orang-orang mantan karyawan itu, saiah tak dengar lagi kabar beritanya.

Saya hanya menyayangkan, mengapa mahasiswa sekelas strata 2 jurusan hukum yang tersandung masalah macam begitu kok tidak langsung ambil jalur litigasi saja ya.Kali jadi rame atau malah jadi lucu dunia pendidikan di Endonesiah Rayah ini. Saiah jadi pingin ketawa geli mendengar kisahrnya si SISWO KUATI ini, tapi takut dosa. 
.
.
#HanyaSebuahGambarDariSUDUTPENDIDIKANDISURABAYA

Friday, April 4, 2014

Terlalu Bagus Untukmu


Seorang mahasiswa dari Universitas Swasta ternama di Zurabaiah, Wijaya Hutama Putra, menggunakan jasa Joki TA untuk mengerjakan skripsinya. Pada pengerjaan pertama, Wijaya langsung ditegur oleh dosen pembimbingnya bahwa pengerjaan TA nya terlalu bagus bagi dia. Masak iya, baru sekali mengerjakan sudah langsung benar permodelan dan pengetikannya juga sangat rapi. Dan, si Wijaya tidak bisa menjawab apa yang ditanyakan oleh dosen pembimbingnya terkait apa yang tercantum di dalamnya.

Oleh dosen pembimbingnya, Wijaya diminta untuk membuat TA yang baru lagi dengan judul yang sederhana.
Wusss ... Spontan. Wijaya langsung kembali ke tempat Joki TA dan menceritakan pengalamannya bersama dosen pembimbingnya. Lah, akhirnya dibuatkanlah skripsi sesuai arahan dosen pembimbingnya.

Apa pesan pak Dosen?
"Wijaya, kamu harus mengetik sendiri. Dan, sekarang. Kamu harus mengganti TA mu bukan dalam bentuk skripsi, tetapi makalah. Itu pun harus kamu ketik sendiri. Tidak mungkin kamu mengetik sendiri dan langsung benar seperti ini,"

Wijaya pun kembali ke Joki TA dan menyampaikan pesan sang Dosen Pembimbing. Akhirnya disepakati untuk membuatkan makalah Wijaya dengan konsep salah, dan ketikan yang remuk redam.

Wednesday, February 5, 2014

Rombongan - Borongan

Rombongan mahasiswa dari Fakfuah bergerak menuju Zagardah untuk melakukan kerja praktik.  Sebagian singgah di Zurabaiah. Apa keperluannya? O o, ternyata, untuk membuatkan tugas akhir seharga dua jutaan sampai dua juta setengah an di sebuah jasa perjokian tugas akhir. Puluhan orang, Brow. Nggak tanggung-tanggung. Tinggal hitung saja tuh kocek. Untuk DP sebagian dari mereka saja bisa mencapai Rp43 jeti. Gimana nggak kipas-kipas tuh, sang joki dengan lembaran merah muda bergambar Soekarno, yang mungkin hanya meringis melihat anak bangsanya berpolah seperti itu ....
Ah, entah apalah kata mereka, pengalihan hak cipta atau pembimbingan atau apalagi ....

Dengan arahan seorang PNS dari Fakfuah yang juga tengah mengerjakan tesisnya di joki tersebut. Para bidan tersebut mantuk-mantuk. Dan, sebenarnya, apa sih hubungannya antara profesionalitas, keahlian kerja kebidanan dengan lembaran-lembaran tugas akhir? Kalaulah memang ingin menciptakan bidan yang berkualitas, profesional, dan mumpuni, apakah mereka harus dipaksa untuk menyusun tugas akhir yang membebani mereka, sehingga justru mengarahkan mereka pada kecurangan.

Selain, rombongan dari Fakfuah, ada juga rombongan dari Panjuruhan, 10 Pegawai Negeri Sipil, yang cantik-cantik dan hensem-hensem digiring oleh koordinatornya untuk mendapatkan tesis instan. Koordinator ini biasanya adalah juga dosen di tempat para PNS itu mengambil gelar Magister Manajemennya.

Mendengar ceritanya, ada beberapa tawaran dari para joki yang sudah diterima oleh koordinator itu. Mulai harga Rp750rb sampai Rp6 jeti, Brow. So, tinggal pilih saja yang sesuai kantong. Dan, tahu enggak, si koordinator ini bekerja sama dengan isterinya, lo. Isterinya entu yang ngoordinir para mahasiswa entu, nah, si suami yang mobile, melakukan kerja sama dengan para joki. Pastinya ada persentase-persentasenya a ka fee a ka bonus, dong. Mulai 5% sampai 10%. Tergantung kesepakatan ... Sooo, dengan alasan kualitas tulisan, si PNS pun digiring untuk membeli tugas akhir yang rasional. Rasional untuk kantong koordinator, rasional untuk kantong PNS. Dan kutak-kutik, main di kuitansi juga Oke, lo. Alih-alih proses mark up dana ekstraaa ....

Wiiiinggg ... Mau dibawa ke mana negara kitaaa .....

Tuesday, February 4, 2014

Mengapa Pejabat Itu Cepat Lulus, Sedang Aku Tidak ...

Itu adalah pertanyaan salah seorang mahasiswa program doktoral di dalam satu PTN di Zurabaiah. Demi program doktor yang diidamkannya dan oleh seluruh anggota keluarga besarnya, wanita muda beranak satu itu bahkan rela melepas pekerjaannya di perusahaan asing. Wajahnya terlihat agak pucat, terlebih tidak ada polesan lipstik di bibirnya. Pipinya pun agak tirus dibandingkan sebelumnya.

Dia merasa dibikin mupeng dalam pengerjaan disertasinya, karena promotor dan co yang cenderung mbuletisasi. Sampai-sampai dia mengeluhkan mengapa bapaknya buka pejabat saja, biar bisa memudahkan dia untuk segera lulus.

Dan, keluhan itu tidak hanya terdengar darinya. Seorang dosen dari PTN terkemuka di Pulau Dewata juga menyatakan hal serupa. Di kala para teman seangkatannya yang mengambil program doktoral di PTN Malang, yang sudah 'sepuh' secara usia maupun finansial sudah meluncur menuju pengukuhan gelar doktoral dalam seminar terbuka, dia masih harus kutak-kutik di uji komisi, seminar hasil, kelayakan, seminar tertutup ...

Dan, akhirnya, dengan kekuatan positive thinking, dikerahkanlah kekuatan untuk mendengarkan kalimat penghibur yang  positif, "Ah, iya. Karena usiaku yang masih muda inilah, maka aku dibikin berlama-lama untuk berproses.  Agar meraih hasil kerja yang lebih maksimal,"

Monday, February 3, 2014

Keluhan Guru BePe

Seorang guru BePe sebuah SMA Negeri di Zurabaiah mengeluhkan perilaku siswa-siswinya yang tidak disiplin, kurang memiliki sense of belonging, dan perilaku kurang baik lainnya. Dan, ingin mengangkatnya menjadi sebuah karya ilmuah. Untuk menggapai gelar Magister di bidang ilmu psikologi.

Tetapi, sang guru bingung. Apa gerangan yang akan diangkatnya. Dengan cepat, dicomotnya ide. Ah, pasti ini gara-gara sekolah digratiskan sama Ibu Walikota, juga gara-gara ada ketetapkan dari Ibu Walikota, kalau sekolah nggak boleh memulangkan siswa yang telat. Makanya anak-anak didik itu semaunya sendiri, karena merasa sekolah gratis.

Halah. Kok ya yang disalahkan kebijakan makronya toh. So sooo, mengapa tidak diangkat saja school-widenya, positive behavior suppport di sekolah. Jalan apa enggak dalam mengatasi problem behavior di sana. Lah, kok jauh-jauh lihat kebijakan makro dari Ibu Walikota hehehehehhh ....

Dan, sebagai guru BePe. Mengapa pula tak kasih keteladanan bagi para siswa-siswinya, untuk menjadi pribadi tangguh berkarakter. Sebagaimana pesan Ki Hajar Dewantara. Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mbangun Karsa, Tut Wuri Handayani ....

Lah wong ibu saja ya begitu. Sudah jelas, kalau dalam pengerjaan tesisnya dilarang plagiat, lah kok malah pergi ke Joki tugas akhir. Sooo, kalau para siswa-siswi rajin nyontek ketika ulangan, walaupun sudah dilarang oleh guru, ya jangan salahkan mereka dooong ... Lah wong, Ing Ngarsa Sung Tuladha ... Lah apa coba yang telah diteladankan ...

Jadiiiiiiiii .... Judul yang tepat diambilkan dari model SWPBS saja Bu Guru, karena teacher's leadership, teacher's behavior, and school climate will influence student positive behavior

Wednesday, January 22, 2014

Walaupun Dosennya Tahu

Bosanova Wirapradja adalah mahasiswa dari Banyuwangi yang kuliah di PTS Zurabaiah. Sebenarnya, di dalam otaknya, kuliah sudah bukan hal utama, karena dia kini sedang mengelola Grosir besar di Banyuwangi. Jadi, yang ada dalam pikirannya adalah bagaimana mengembangkan bisnis yang telah dimilikinya dan bagaimana menikmati waktu mudanya. Maklumlah, lah wong usianya masih belum genap dua puluh dua tahun.

Maka dari itu, saat harus menyusun tugas akhir dengan proses pembimbingan yang super duper ribet (menurut Bosanova), maka tak pelak, dia pun mengambil jalan yang dianggapnya lebih mudah. Pakai jasa joki dengan paket kilat khusus.

Nah, pada saat proses pembimbingan dengan sang Joki, Bosanova selalu bilang "O, cuma begitu saja. Ya sudah, aku sudah mengerti."
Dan, ternyata saat pembimbingan di dosen, suasanya berbeda.
Dan, Bosanova tidak bisa menjawab pertanyaan dari dosen.
Dan, akhirnya, sang dosen mengorek keterangan dari Bosanova, mengenai pengerjaan tugas akhirnya.
Dan, akhirnya, Bosanova pun mengakui di mana dia menjokikan tugas akhirnya.
Dan, sang dosen pun menelepon sang Joki, "Anak ini sudah bayar ke Anda, Tolong dia diajari sampai bisa, ya," Begitu pesan sang dosen kepada sang Joki.
Dan, akhirnya, Bosanova tetap bisa ikut ujian skripsi.
Dan, luluslah dia.

Ternyata ... Entah apa yang terjadi pada sang dosen dan kampus tempat Bosanova kuliah, sehingga perjokian yang dilakukan oleh Bosanova bisa diloloskan begitu saja ....